Jumat, 23 Oktober 2009

Catatan Indah Pengalaman Rohani Alm. Ayahku.

Malam Jum'at ku temukan catatan alm ayah tersayang di dalam file-filenya terdahulu. Kawan, tulisan yang tulus ikhlas penuh harapan. Menangis saat ku baca tulisan ini, boleh kuperlihatkan kepada kalian, agar beliau bahagia di alam sana, aamiin. Demikian tulisan yang dicurahkan alm. ayahku:

Suatu hari saat aku dinyatakan harus menjalani operasi besar yaitu mengeluarkan penyakitku yang hadir di dalam perut besarku, aku sedikit terguncang dan hampir2 tidak percaya bahwa hal ini harus terjadi pada diriku. Namun aku harus menerima kenyataan ini dan bisa menghadapi serta berupaya sekuat kemampuan yang ada agar bisa menyelesaikan pada setiap perkara yang telah Allah swt tetapkan pada diriku ini. “Subhaanalloohi walhamdulillaahi walaa ilaaha illaloohu Alloohu akbar, innaa lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun, berilah aku kekuatan dan keshobaran ya Allah”, hanya ucapan itulah yang dapat aku lisankan dalam dzikirku, sebab aku yakin bahwa ini adalah ujian yang telah ditetapkan Allah swt bagiku untuk meningkatkan kualitas iman dan amal sholeh dalam hidupku juga pada akhirnya. Teringat aku akan firman Allah swt:

Tiadalah suatu musibah (cobaan) yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah supaya kamu tidak berduka atas apa yang luput darimu dan jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan. Dan Allah tidak menyukai orang2 yang sombong dan membanggakan diri. (QS.Al Hadid [57]: 22-23).
Aku mulai belajar berbaik sangka kepada Allah swt atas tiap2 peristiwa yang dihadapkan kepada diriku. Seberat apapun penyakit yang sedang aku derita sekarang ini harus kuyakini bukan sebuah “hukuman” atas kesalahan2ku sebelumnya, tetapi merupakan “tarbiyah” agar aku senantiasa ingat kepadaNya dan mengevaluasi diri secara berkala atas segala aktifitas dalam hidupku selama ini, untuk memperbaiki setiap kesalahan yang pernah kubuat terhadap Allah swt maupun terhadap sesama makhluq ciptaan Allh swt. Bukan malah membuat bermacam kesimpulan untuk membuat daftar kesalahan siapapun selain diriku yang senantiasa tidak pernah luput dari berbuat salah dan dosa. Aku berusaha belajar dan senantiasa belajar terus dari setiap kejadian yang sedang hadir bergiliran kehadapanku untuk bisa kuhadapi dengan perasaan shabar (ta-bah, tangguh) dan ridho (senang hati) dengan penuh harapan (roja’) bahwa kebaikan itu pasti bakal datang. Aku harus mulai bersikap demikian termasuk dalam menerima ujian penyakit ini, seberat apapun dia, karena Rosululloh saw pernah bersabda:
“Barangsiapa sakit satu malam, kemudian dia bershobar dan ridho (dengan ketentuan) Allah ini, maka dia keluar dari dosa2nya sebagaimana pada hari dia baru dila-hirkan oleh ibunya (tanpa dosa)”. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Kusyukuri dan kuni’mati keindahan pengalaman rohani yang kurasa begitu saja datang tanpa aku menyadari sebelumnya, termasuk datangnya segala perhatian, bantuan dan kunjungan mereka yang pada hakikatnya mereka begitu memperhatikan dan mencintaiku yang selama ini tidak kulihat dan kuperhatikan dengan mata hatiku yang senantiasa gelap terhijab oleh super egoku (yang lebih mementingkan dan men-dahulukan keperluan diri sendiri), akibat kurangnya pengorbananku jiwa ragaku dan semua keperluan hidupku untuk mendahulukan keperluan mereka semua tanpa kecuali, demi tercapai maksud tujuan hidup di dunia ini yaitu berkhidmat terhadap sesama umat manusia, makhluq selain manusia, baru kepada diri sendiri dalam rangka meraih keridhoan Allah swt (mardhotillah). Aku mulai menyadari kesalahanku ini dan harus segera memulai dengan sekuat tenaga untuk memperbaikinya dan banyak2 memohon maaf kepada mereka, diiringi permohonan ampunan dan kasih sayang Allah swt.

Ya Allah ya Tuhan kami, kami yang dzolim ini seandainya tidak Engkau ampuni dan kasih sayangi kami, maka kami termasuk orang2 yang merugi.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami dan kedua orang tua kami dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami di waktu kecil.

Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.

Dalam indahnya pengalaman rohaniku ini telah terukir pula nama2 yang semoga Allah swt senantiasa melimpahkan hidayah, rahmat, kasih sayang dan ridhoNya kepada mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak, diantaranya:



<!-- more -->
- Anakku tercinta Eva yang telah mengorbankan segalanya telah me-rawatku sejak mulai aku terbaring dirumah sampai terbaring di RS Islam Jakarta, dia tidak ragu2 dalam menyelesaikan keperluanku sampai kepada menceboki aku ketika aku belum bisa BAB ke kamar WC, bahkan memandikanku setiap hari sebagaimana halnya yang harus dilakukan oleh seorang juru rawat di rumah sakit. Dia siap berqorban tidur dilantai RS bahkan dengan gangguanku yang senantiasa membangunkannya setiap aku membutuhkan bantuannya. “Ya Allah jadikanlah dia wanita sholehah, ridhoilah kehidupannya, bimbinglah dengan hidayah, maghfiroh dan rahmatMu termasuk anak cucunya di dunia dan di akhirat kelak”.

- Anakku tercinta Lia dan suaminya Djoko yang telah begitu banyak pengorbanannya dalam perjuangan untuk bisa memenuhi segala apa yang aku butuhkan dalam menghadapi proses penyembuhan sakitku ini, padahal mereka semestinya bisa menikmati bulan madunya yang sedang berlangsung. Mertuanyapun begitu penuh perhatian dan dukungan. “Ya Allah jadikanlah anakku ini wanita sholehah, ridoilah kehidupan bahtera rumah tangganya, bimbinglah dengan hidayah dan rahmatMu termasuk anak cucunya di dunia dan di akhirat kelak”.

- Anakku tercinta Yuhdi dan isterinya yang senantiasa mendorong semangatku untuk bisa melawan dan mengalahkan penyakitku. “Ya Allah jadikanlah dia anak yang sholeh, ridoilah kehidupan rumah tangganya, bimbinglah dengan hidayah dan rahmatMu termasuk anak cucunya di dunia dan di akhirat kelak”.

- Ibundaku tercinta Hj.Saminah, yang senatiasa memperhatikan dan mendukung keberadaanku, yang menggugah hatiku untuk senantiasa mencintai dan menyayangi siapa saja mereka tanpa mengharapkan balasan dari mereka, senantiasa menggembirakan dan membahagiakan siapa saja mereka hatta sekalipun kita tidak memiliki apapun sesudahnya. Kepuasan mencapai ridho Allah swt lebih beliau utama-kan daripada mendapatkan keperluan hidup di dunia yang pasti akan ditinggalkan dan sirna, begitulah cinta kasih seorang ibu. “Robbighfirli waliwa lidayya warhamhumaa kamaa robbayaani shoghiiroo”. Robbanaa aatinaa fi dunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa adzaabannaar.”

- Adikku tercinta Sobarliah, sesuai dengan namanya dia sangat shabar menghadapi tantangan hidup ini, dengan kesendiriannya dia telah berbakti secara langsung merawat ibu kandungku yang tidak dilakukan oleh adik2ku yang lainnya. Aku merasakan langsung perhatian dan sentuhan jari jemarinya menguruti setiap jengkal ototku dikala aku sakit. “Ya Allah bimbinglah dia dengan hidayah dan kasih sayangMu dan jadikan-lah dia bidadari di surga kelak”.

- Adikku tercinta Engkur dan suaminya mas Wono yang senantiasa memperhatikan dan memenuhi keperluan hidupku tanpa pernah kuminta, seolah mereka menjadi sumber keuanganku. Begitu pun anak2nya sangat mesra hubungannya denganku yang senantiasa menciumi pipi kanan kiriku saat berjumpa bila sekian lama tidak bertemu, terutama Iin dan Eko yang tanpa ragu2 sering curhat sam-pai kepada hal2 yang sangat pribadi. Khusus Eko bahkan memanggilku dengan “ayah Uus”. Aku berharap kepada Allah swt agar kemesraan ini tidak saja aku yang menerima, tetapi justru ayah bundanya sendiri, sebagaimana aku senantiasa melakukannya terhadap ketiga anak kandungku termasuk menantu dan cucu2ku. Kehidupan dengan penuh kemesraan, perhatian, kasih sayang, keterbukaan, saling membutuhkan dan saling berbagi dalam segala bentuk perasaan yang diperoleh. Dan ini adalah kebiasaan Rosululloh saw terhadap keluarganya. Bagaimana sikap kesehariannya terhadap keluarga beliau, memanggil isterinya dengan julukan2 yang menyenangkan, tegur sapa yang lemah lembut penuh cinta kasih sayang. Jauh daripada sangka2 buruk dan saling mencari kesalahan apalagi sampai membuka2 aib cacat celanya. “Ya Allah, semoga Engkau senantiasa melimpahkan hidayah, keshabaran, kebahagiaan dan ridhoMu kepada adikku sekeluarga ini di dunia maupun di akhirat”.

- Adikku tercinta Edah yang senantiasa curhat dalam setiap per-solannya dan mendorong semangatku dalam mengarungi hidup ini. Dia memang tegar walau sudah ditingal suaminya sejak lama, padahal anak2nya masih bernaung hidup kepadanya. “Ya Alloh kuatkanlah keimanan dan keshobarannya dengan hidyah dan rahmatMu agar dia bisa meraih ridhoMu dan surgaMu”.

- Adikku tercinta Engkay yang begitu mengejutkan dengan dorongan semangat rohaniyahnya berupa bimbingan do’a2 dan dzikir yang sebenarnya telah sering kubicarakan kepada orang lain, tetapi baru saat ini rupanya memiliki “ruh” atas do’a2 dan dzikir tersebut setelah dia membangkitkan kesadaranku yang terkantuk2 selama ini. Selain itu aku merasa menemukan kembali “kekasihku tempat bermanja2” dikala aku masih lajang. Dialah tempat ku mencurahkan segala kelemahanku seolah tak ada orang lain yang mau mendengarkan segala keluhanku dan penderitaanku. Suaminya pun Ambo begitu penuh perhatian walau tidak banyak bicaranya. Puteri2nya yang ternyata penuh perhatian dan kasih sayang. “Ya Allah limpahkanlah petunjuk, rahmat, kesuksesan dan kebahagiaan kepada mereka keluarga besar di dunia dan di akhirat”.

- Adikku tercinta Pipin dengan pengorbanannya ikut menjagaku di RS sebanyak 2 hari, sementara keluarga isterinyapun sedang dalam ujian yakni salah satu keponakannya menjalani operasi di RS Gatot Subroto. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan kepada adikku sekaluarga di dunia dan di akhirat”.

- Adikku tercinta Gugun beserta isterinya Nia dengan segala perhatiannya dan dukungannya telah berusaha menggembirakan hatiku. “Ya Allah berikan-lah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas adikku sekeluarga di dunia maupun di akhirat.”

- Adikku tercinta Agus yang hampir setiap persoalan kami sekeluarga senantiasa mendapat perhatiannya bekerja sama dengan adikku Engkur, khususnya dibidang yang menyangkut finansial kami. Aku ketahui betul dia sangat memperhatikan keberadaan kondisi anakku tempatnya saling berbagi (curhat). “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas adikku sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Adikku Epih, yang senantiasa memberi dukungan moril dengan gaya humornya terutama dibidang semangat menghadapi kesehatanku. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas adikku sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Adikku tercinta Aang dan Iyos, aku yakin mereka sebenarnya tetap menyayangiku walaupun dengan cara yang tidak nampak sebagaimana yang dilakukan oleh adik2ku lainnya. Aku prihatin atas ujian kehidupan yang sedang mereka berdua alami ya Allah. “Ya Allah, berilah mereka kekuatan iman, taqwa, kemudahan, rahmat dan ridhoMu.”

- Bapak H.Sumarmo dan isteri beliau yang penuh perhatian dan dukungan yang tidak bisa kunilai. Kelembutan dan kasih sayangnya menandingi kasih sayang saudara kandungku sendiri, isteri beliau sangat terikat bathiniyah dengan isteri sejak beliau menjadi murid tetap iateriku Rafniyanti di majlis ta’lim Daarusy Syifa’. Perhatian mereka bukan saat aku sakit sekarang ini saja, bahkan sejak mereka mengenal kami hingga saat sekarang ini. Beliau orangnya mudah terharu dan menitikkan air mata bila sedang berbagi pengalaman denganku. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas beliau sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Teman2 dan shahabatku saat aku di STM Penerbangan maupun bekerja di PT. Imermotors, seperti Gusmal shahabat khususku yang senantiasa membari semangat dan memonitor keberadaanku, mas Leo yang begitu sangat antusias perhatiannya, buya Mursyid beserta isterinya yang penuh perhatian dan dukungan, isteri beliau sangat menghormati dan menyayangi isteriku Rafniyanti, kang Djadju yang senantiasa mendorong semangat juang dalam menghadapi ujian ini, kang Rahmat yang telah sekian lama sejak 1970 tak bertemu tiba2 muncul di saat aku butuh dukungan moril, mang Adang dengan senyum dan kelembutannya. Mereka datang bezuk memberiku semangat untuk berjuang mencapai kesembuhan dan bisa berkumpul kembali seperti sedia kala. Pak Amin seorang figur yang benar2 penuh perhatian dan dukungan dan memang beliau sejak bersama di PT Imer UD Motors senantiasa memberiku kemudahan2 dalam kedinasanku disana. Juga te-man2 yang tak bisa hadir senantiasa do’anya mengalir yakni mas Budihardjo, mas Parnadi, Afandi Indra, Nur Alam yang membuatku bahagia, Hadijah yang senantiasa mengingatkan agar hati2 menjaga kesehatan jangan sampai seperti yang pernah dialami oleh teman kami Nini. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas mereka sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Bapak Sukamto dan ibu Lilis yang senantiasa memperhatikan kami sekeluarga terutama bagi anak2ku khususnya bagi Teteh dan Naufal dalam bidang pendidikan. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas mereka sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Ibu NurHarfin dan pak Mahfudz , juga ibu Latief yang senantiasa memberikan perhatian kepada kami sekeluarga, terutama kepada anakku Teteh dan Dede, bahkan anak2ku dengan beliau seringkali saling curhat diantara mereka. Beliau adalah shahabat karib isteriku tercinta Rafniyanti yang senantiasa mendorong semangatnya untuk tetap berpegang teguh kepada agama Allah swt. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas mereka sekeluarga beserta anak cucunya di dunia dan di akhirat.”

- Ketua RT 001 / 010, bapak Waluyo beserta isteri dan anak2 dan menantunya yang sangat menghormati keluarga kami, khususnya Bowo, Ade dan menantunya. Begitu pula tetangga2ku termasuk jamaah musholla An-Nur aku yakin mereka memperhatikan kesehatanku melalui do’anya. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas mereka sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Shahabat2ku seperjuangan dalam kerja da’wah Islam telah mendorong semangatku untuk senantiasa bangkit dengan shobar dan tegar mennghadapi setiap cobaan hidup di dunia ini demi tercapai kebahagiaan hidup kelak di akhirat yang luas tanpa batas dan kekal abadi selama2nya. Hadir menjengukku di Rs Islam sebagai mewakili shahabat2ku lainnya diantaranya pak Siregar, pak Rustam Efendi, ustadz Sofyan, Zaldi, pak Ace Mulyana, Muhidin, Andi, Trisna, Yusuf, Yadi. Dan yang datang ke rumah adalah pak Moh.Husein, pak Ace Mahmud, pak Anang, Hery, pak Budi TS sekeluar-ga, pak Sudimanto. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagia-an atas mereka sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

- Paramedis mulai dari Dr.Moh.Ilyas, Dr.Kukuh yang telah melaksanakan operasi atas penyakitku, ztr.Hamimah (asisten Dr.Kukuh) yang kudengar dari adikku Engkur bahwa dia telah mendorong semangat agar aku bisa ditangani operasinya oleh Dr.Kukuh yang justru pernah menangani operasi penyakit ibu kandungku ketika aku sedang khuruj ke Bengkulu. Begitu pula mereka para perawat lainnya di Matahari Dua, dian-taranya mas Hery, kang Nana Supriyatna, kang Teten, bang Fitra, Amir, Rudy, zts.Iis, ztr.Kus, ztr.Husnul Hotimah, ztr yang sedang hamil (semoga anaknya sholeh dan taat kepada Allah swt dan kedua orang tuanya dan lainnya yang turut terlibat di dalam penanganan perawatan dan penyembuhan penyakitku ini. “Ya Allah berikanlah hidayah, rahmat, kemudahan dan kebahagiaan atas mereka sekeluarga di dunia dan di akhirat.”

Pengalaman indah melalui peristiwa diatas telah membawa diriku kedalam suatu pemahaman bahwa Allah swt menciptakan kehidupan manusia ini tidak selamanya berjalan lurus dan mulus yang biasanya akan melenakan manusia kepada kondisi lalai dan lupa diri, akan tetapi justru didampingi dengan liku2 keadaan agar manusia senantiasa sadar dan waspada menyikapi apa yang sedang dihadapinya. Bisa diambil permisalan pada jalan tol yang di sepanjang jalannya banyak dipasang rambu2 yang bisa dilihat dan dibaca berupa petunjuk jarak jalan, garis lajur jalan, lokasi dan arah kota, lampu2 tanda peringatan, dan lain sebagainya termasuk fasilitas lokasi tempat beristirahat untuk menyelsaikan hajat kita berupa keperluan dan peribadatan yang bisa kita manfaatkan sebagai petunjuk dan pembimbing kita agar senantiasa selamat dalam perjalanan. Dan seandainya kita terlena karena lelah dan mengantuk, maka akan kita dapati pada permukaan jalan berupa garis2 putih melintang yang sedikit menggelembung sehingga membuat kendaraan kita bergetar sehingga membuat kita tersadar.

Demikian pula halnya perjalanan hidup kita, Allah swt menciptakan tanda2 pengingat kita berupa petunjuk, peringatan yang tersurat didalam Al Qur’an dan As Sunnah dan yang berupa petunjuk, peringatan yang tersirat dalam bentuk keadaan yang serba berpasangan, antara lain senang dan susah, lapang dan sempit, kaya dan miskin, sehat dan sakit, dingin dan panas, musim kemarau dan musim penghujan, mudah dan sukar, tenang dan gaduh, dan banyak lagi yang semuanya itu merupakan ketetapan Allah swt yang pasti akan terjadi pada setiap manusia dan dibalik semua itu terkandung berbagai hikmah yang dirahasiakan Allah swt. Oleh karena itu bagi setiap mukmin harus senantiasa bisa menerima dengan shabar dan ridho atas segala keteta-panNya. Hikmah inilah yang disebut sebagai kesuksesan, kejayaan dan kebahagiaan hidup manusia yaitu menerima dan melaksanakan hidup sesuai dengan ketetapan Allah swt yang dicontohkan di dalam peri kehidupan Rosululloh saw.

Manusia hidup memiliki masing2 kualitas diri, apakah dibidang keterampilan, ilmu pengetahuan, keimanan, akhlaq, pergaulan, perdagangan dan sebagainya. Dan untuk bisa membuka tabir dan mengetahui rahasia hikmah tersebut maka manusia harus melampaui ujian dan cobaan hidup. Dengan irodah / kehendak Allah swt setiap manusia akan mendapat giliran cobaan tersebut berupa fenoma kehidupan yang senan-tiasa berubah2 dalam segala keadaan dan waktu. Mereka yang senantiasa mentaati rambu2 yang telah ditetapkan Allah swt dan dicontohkan Rosulullah saw pasti dan pasti akan mencapai kesuksesan, kejayaan dan kebahagiaan di dalam hidupnya.

Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk mengujimu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS.Al Mulk : 2).

Dan Kami coba mereka dengan ni’mat yang baik dan berupa bencana yang buruk2 agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. Al A’rof [7]:168).

Kami menguji kamu sekalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kepada Kami akan dikembalikan. (QS. Al Anbiya [21]:35).

Dan sesungguhnya bila Allah swt mencintai suatu kaum, dicobaNya dengan berbagai cobaan. Siapa yang ridho menerima maka dia akan memperoleh keridhoan Allah, dan siapa yang murka (tidak ridho) dia akan memperoleh murka Allah. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Salah satu ujian yang Allah swt berikan kepadaku saat ini adalah sakit yang cukup lama dan berat yang kualami sekitar lima bulan (sejak awal Juni 2005) sampai akhirnya aku harus menjalani operasi besar (Senin, 17 Oktober 2005 / 13 Romadhon 1426, mulai jam 14.00-19.00, dan aku baru siuman sekitar jam 04.00 pagi harinya) yang sekarang sedang dalam pemulihan. Dalam ujian ini pertanyaannya adalah mam-pukah aku menerimanya dengan shobar, syukur dan ridho, karena ini adalah pertanda bahwa aku sedang mendapat perhatian dan kasih sayang Allah swt ? Mampukan aku meneladani nabi Ayub as yang dirundung kemiskinan dan penyakit parah yang mena-hun yang dengan kekuatan shabar, syukur dan ridho atas ketetapanNya beliau akhir-nya mendapatkan kemenangan yang hakiki. Dibalik semua ujian inilah akan kita per-oleh hikmah yang tidak mungkin dinalar oleh akal manusia yang serba terbatas, dan seandainya kita bisa menggali hikmah yang terkandung di dalam rahasia ciptaan dan ketetapan Allah swt, maka betapa banyak hikmah yang akan mencengangkan hati dan mengharukan yang bisa kita saripatikan.
Dalam rangka meningkatkan qualitas hidup manusia yang dilahirkan ke du-nia ini, maka Allah swt menampilkan berbagai “cobaan hidup” yang telah ditetapkan sebelumnya bagi setiap individu, sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya ke-padamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (QS. Al Hadid [57]:22-23).

Apabila kita menyadari hal ini maka seyogyanya kita harus terus menerus berusaha mengantisipasi dengan berbagai kemampuan yang ada, bila ketetapan Allah swt yang sudah baku ini datang kepada kita. Kiat apa saja yang harus kita miliki untuk mengan-tisipasi hal ini ? Inilah yang perlu kita upayakan.

Barangsiapa sakit satu malam, kemudian dia bersikap shabar dan ridho (senang de-ngan ketentuan) Allah ini, maka dia keluar dari dosa2nya sebagaimana pada hari dia baru dilahirkan oleh ibunya (tanpa dosa). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Dalam kondisi seperti ini perlu kita tumbuhkan sifat rojaa’ (penuh harapan yang sangat kepada pertolongan dan ampunan Allah swt). Yakini bahwa cobaan datang dari Allah swt dan pertolongan (kesembuhan dan kemudahan) pun datang dari Allah swt. Kuncinya adalah keikhlasan dan tawakkal kepadaNya agar Allah swt memberikan rahmat dan kasih sayangNya.

Diantaranya mereka akan mendapatkan:
- Ampunan dari dosa dan kesalahan.
- Kebajikan dan derajat yang ditinggikan.
- Membuka jalan ke surga.
- Mendapat kehormatan dan selamat dari Malaikat.
- Mengembalikan hamba kepada Robbnya.
- Mengingatkan dari kelalaian.
- Mendapat ni’mat Allah swt.
- Pelajaran bagi mereka yang sehat.
- Mensucikan hati dari berbagai penyakit.

Kutuangkan tulisan ini mulai jam 06.00 wib hari Jum’at, 2 Syawwal 1426 H bertepatan 4 Nopember 2005 sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt dan terima kasihku kepada mereka yang telah memper-hatikan dan mendukung kesembuhanku dari penyakit yang sedang menjadi sarana cobaan bagiku, dalam rangka memposisikanku ke dalam kedudukan mardhotillah.

---us---

Tidak ada komentar: